SHAHIH BUKHARI

SHAHIH BUKHARI
1. Biografi
Bukhari merupakan salah satu dari enam penghimpun hadits shahih. Nama lengkap Imam Bukhari adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Mughirah bin bardizbah al-Bukhari. Lahir di Bukhara pada hai jum’at tanggal 21 Juli 810 (13 Syawal 194). Ayahnya, Ismail adalah seorang ulama besar ahli hadits. Pada saat lahir ia kehilangan penglihatannya, namun atas ketekunan ibunya dalam berdo’a kepada Allah untuk kesembuhan anaknya akhirnya penyakit itu sembuh setelah ibunya bermimpi bertemu nabi Ibrahim yang menyatakan padanya bahwa Allah telah menyembuhkan putrnya. Sewaktu masih kecil, ia telah ditinggal oleh ayahnya. Bukhari mempunyai pemikiran yang tajam serta ingatannya kuat. Sejak berusia 10 tahun ia mempelajari hadits pada seorang guru bernama ad-Dakhili, setahun kemudian ia telah mampu menghafal hadits Nabi serta mengoreksi guru yang salah dalam menyebutkan periwayatan hadits. Dalam usia 16 tahun, ia sudah hafal kitab sunan Ibn Mubarak dan Waki, juga mengetahui pendapat-pendapat ahli ra’yi (penganut faham rasional), dasar-dasar dan mazhabnya.
Pada tahun 210 H Bukhari berangkat ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji bersama ibu dan saudaranya. Tetapi kemudian ia memilih Makkah sebagai tenpat tinggalnya. Disinilah bukhari mulai menulis kitab al-jami’ as-shahih dan pendahuluannya. Ia menulis Tarikh Kabir-nya di dekat makam Nabi s.a.w. dan banyak menulis pada waktu malam hari yang terang bulan. Sementara itu ketiga buku tarikhnya, As-Sagir, Al-Awsat dan Al-Kabir, muncul dari kemampuannya yang tinggi mengenai pengetahuan terhadap tokoh-tokoh dan kepandaiannya memberikan kritik, sehingga ia pernah berkata bahwa sedikit sekali nama-nama yang disebutkan dalam tarikh yang tidak ia ketahui kisahnya
Rihlah ilmiah Bukhari dimulai dari mengunjungi syam (suriah), Mesir, al-Jazair (dua kali), Bashrah (empt kali), Hijaz (Makkah dan Madinah) selama 6 tahun, berulangkali ke Kuffah dan Baghdad. Selama perjalanannya itu, Bukhari telah mampu mengumpulkan 600.000 dalam pertemuannya dengan 1.080 guru, diantara guru-guru besar itu antara lain:
1) Ali ibn al-Madini,
2) Ahmad ibn Hanbal,
3) ahya ibn Ma’in,
4) Muhammad ibn Yusuf al-Faryabi,
5) Maki ibn Ibrahim al-Bakhi,
6) Muhammad ibn Yusuf al-Baykandi dan
7) Ibn Rahawaih.
Dari pertemuannya itu ia mampu meghafal 300.000 hadits, 200.000 hadits tidak shahih dan 100.000 hadis shahih.
Kitab karangan Imam Bukhari, antara lain: al-Jami’ as-Shahih, at-tarikh as-Sagir, at-Tarikh al-Ausat, at-Tarikh al_kabir, Tafsir al Musnad al-Kabir, Kitab al-‘ilal, kitab ad-dhuafa’, Asami as-sahabah dan kitab al-Kuna. Yang paling terkenal adalah al-Jami’ as-Shahih, yang disenut juga shahih Bukhari. Imam Bukhari wafat pada usia63 atanggal 31 Agustus 870 (30 ramadhan 256).
2. Kandungan Hadits
Jumlah hadits yang termuat dalam kitab shahih Bukhari adalah 7.275 hadits, termasuk hadits-hadits yang disebutnya berulang, atau sebanyak 4.000 hadits tanpa pengulangan. Perhitungan ini diikuti oleh Al-”Allamah Syaikh Muhyiddin an-Nawawi dalam kitabnya, At-Taqrib. Sedangkan menurut Ibn Hajar di dalam muqaddimah Fathul-Bari, kitab syarah Sahih Bukhari, menyebutkan, bahwa semua hadits sahih mawsil yang termuat dalam Sahih Bukhari tanpa hadits yang disebutnya berulang sebanyak 2.602 buah hadits. Sedangkan matan hadits yang mu’alaq namun marfu’, yakni hadits sahih namun tidak diwasalkan (tidak disebutkan sanadnya secara sambung-menyambung) pada tempat lain sebanyak 159 hadits. Semua hadits Sahih Bukhari termasuk hadits yang disebutkan berulang-ulang sebanyak 7.397 buah. Yang mu’alaq sejumlah 1.341 buah, dan yang mutabi’ sebanyak 344 buah hadits. Jadi, berdasarkan perhitungan ini dan termasuk yang berulang-ulang, jumlah seluruhnya sebanyak 9.082 buah hadits. Jumlah ini diluar haits yang mauquf kepada sahabat dan (perkataan) yang diriwayatkan dari tabi’in dan ulama-ulama sesudahnya.
3. Metode penghimpunannya
Metode pengimpunannya adalah jami’, yaitu kitab hadits yang mencakp berbagai aspek masalah seperti fiqih, iman, akhlak, tauhid, dll.
4. Sistemtika isi kitab
Iman :
a. Memohon ampun dan bertobat
b. Surga dan neraka
c. Kiamat
Akhlak:
a. Berbakti pada ibu bapak
b. Kaih sayang
c. Mencuri
d. Zina
e. Mematuhi perintah
Sejarah:
Kekacauan
Fiqih:
a. Fiqih ibadah
1) Sembayang hari raya dan binatang qurban
2) Wudhu’
3) Mandi
4) Tayamum
5) Shalat
6) Waktu sahalat
7) Adzan
8) Shalat jum’ah
9) Dua hari raya, dll.
b. Fiqih munakahat
1) Perkawinan dan perceraian.
c. Fiqih muamalah
1) Makanan dan inuman
2) Pakaian dan perhiasan
d. Fiqih jinayah
1) Pembunuhan dan qisas
2) Hukuman kejahatan
3) Minuman keras
e. Fiqih siyasah
Memegang jabatan pemerintah
5. Nilai atau kualitas hadits
Kualitas hadits yang ditulis oleh Bukhrai adalah shahih. Diriwayatkan bahwa Imam Bukhari berkata: “Tidaklah kumasukkan ke dalam kitab Al-Jami’as-Sahih ini kecuali hadits-hadits yang sahih; dan kutinggalkan banyak hadits sahih karena khawatir membosankan.”
6. Kitab-kitab syarah
Penjelasan kitab ini dapat dilihat pada kitab Fath al-Baari karangan Ibnu Hajar al-Asqalani, selain itu juga masih terdapat 82 kitab syarah lain yang mmbahas tentang shahih Bukhari.
7. Karakteristik pokok
Dalam kitab shahih Bukhari banyak tersebut ayat-ayat al-Qur’an, perkataan atau pendapat ulama, sahabat, serta sanadnya bersambung dari sahabat nabi sampai Bukhari.
8. Alasan dimasukkan al-Kutub al-Tis’ah
Berkat ketajaman pikiran dan ketelitian beliau dalam periwayatan hadits, Bukhari ditempatkn pada eringkat pertama kitab hadits yang muktabar. Sahahih Bukhari merupakan kitab dengan keshahihan paling tinggi.
9. Kritik
Imam al-A’immah (pemimpin para imam) Abu Bakar ibn Khuzaimah telah memberikan kesaksian terhadap Imam Bukhari dengan mengatakan: “Di kolong langit ini tidak ada orang yang mengetahui hadits, yang melebihi Muhammad bin Isma’il.” Demikian pula semua temannya memberikan pujian. Abu Hatim ar-Razi berkata: “Khurasan belum pernah melahirkan seorang putra yang hafal hadits melebihi Muhammad bin Isma’il; juga belum pernah ada orang yang pergi dari kota tersebut menuju Irak yang melebihi kealimannya.”
Kesimpulan yang diperoleh para ulama, setelah mengadakan penelitian secara cermat terhadap kitabnya, menyatakan bahwa Imam Bukhari dalam kitab Sahih-nya selalu berpegang teguh pada tingkat kesahihan yang paling tinggi, dan tidak turun dari tingkat tersebut kecuali dalam beberapa hadits yang bukan merupakan materi pokok dari sebuah bab, seperti hadits mutabi dan hadits syahid, dan hadits-hadits yang diriwayatkan dari sahabat dan tab
0 Responses