SUNAN ABU DAUD

Penelitian Kitab Hadits (Sunan Abi Dawud)
1. Biografi Penulis
Beliau mempunyai nama asli Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Basyir Al-Azdi As-Sijitani, pemilik sunan abi Dawud ini dilahirkan didaerah Sijistani yang sekarang bernama Afganistan, dan beliau wafat di Basrah pada tahun (202-275H/817-889M), Bapak beliau yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman perjalanan beliau dalam menuntut hadits dari para ulama ahli hadits,
Kecintaan Abu Dawud dalam bidang hadits terlihat sejak berusia belasan tahun. Abu Dawud sejak tahun 221 H, sudah berada di Baghdad. Abu Dawud sempat menyaksikan wafat Imam Muslim. Bahkan "Aku menyaksikan jenazahnya dan menshalatkannya, " kata Abu Dawud. Diantara karya yang terkenal lainya as-sunnan, salah satu dari enam kitab enam kitab hadits rujukan, menghimpun 5232 hadits merupakan pilihan dari 500 ribu hadits miliknya, kitabnya yang lain Az Zuhd, Al ba’ats (artikel) Tasmiyah al ikhwal (artikel) dan akhbar abi Dawud yang disusun oleh Imam Al juludi.
a) Kondisi Sosial Politik
Beliau bermukim di Basrah yang tempat berkembangnya kelompok golongan Qodariyah, khawarij, mu’tazilah. Akan tetapi beliau tergolong dari kelompok ahlussuannah wal jama’ah. Dengan ke-istiqomah-annya beliau tetap berada diatas sunnah dan membantah golongan Qodariyah dengan kitabnya Al-qodar. Dan beliau juga menulis kitab Akhbar Al-khawarij sebagai bantahan dari kaum khowarij, dan membantah pemahaman yang menyimpang dari kemurnian ajaran Rasulullah, hal ini sesungguhnya bisa dilihat dari kitab beliau yang membantah dari golongan khawarij, murji’ah, dan mu’tazilah dalam kitabnya As-sunan.

b) Rihlah Ilmiah dalam mencari hadits
Shohibus Sunan Abi Dawud ini lahir di Sijistan (Afghanistan), beliau tergolong orang yang sering berkeliling untuk mencari hadits ke negri-negri Islam yang ditempati para Kibarul Muhadditsin, beliau mencontoh para syaikhnya terdahulu dalam rangka menuntut ilmu dan mengejar hadits yang tersebar di berbagai daerah yang berada di dada orang-orang tsiqat dan Amanah. Dengan motivasi dan semangat yang tinggi serta kecintaan beliau sejak kecil terhadap ilmu-ilmu hadits, maka beliau mengadakan perjalanan (Rihlah) dalam mencari ilmu sebelum genap berusia 18 tahun.
Negara pertama kali beliau singgahi ialah Irak tepatnya dikota Baghdad, pada tahun 220 Masehi. Setelah dari Baghdad beliau ke Khuffah pada tahun setalahnya yaitu 221 Masehi, dalam perjalananya mencari hadits beliau pun pergi ke Bashrah kemudian menetap dikota itu, selama di Basrah banyak berguru kepada Sulaiman bin harb, Abi nu’man, Abu walid.
Setelah belajar dikota Bashrah merasa belum puas dengan ilmu yang beliau peroleh kemudian hijrah ke Syam dikota Damsyik, Hims dan Halb, dilanjutkan ke Al Jazirah, Hijaz dan mendengar langsung dari penduduk Mekkah, diperkirakan ketika perjalanan ini ketika hendak menunaikan ibadah haji. Kemudian melanjutkan ke Mesir, Khuraisan, Ar ray, dan kembali ke Sijistan dan keluar lagi ke Bashrah dan bertempat tinggal disana.

c) Karya-karya
Selain karya Sunan Abi Dawud, beliau juga mempunyai kitab As-sunan yang salah satu dari enam kitab enam kitab hadits rujukan, al marosil, Al masail, kemudian kitab risalah fi wasfi ta’lifihi li kitabi as-sunan, al-ba’ats, Az-zuhd, dan banyak lagi karyanya.
d) Guru-gurunya
Semasa perjalananya sebagai salik dan mencari hadits beliau mempunya banyak guru, diantaranya Al-qho’nabi dan Sulaiman bin harb ketika di makkah, kemudian muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Roja’, ketika Ia berada di kuffah menjadi muridnya Hasan bin robi’ dan Ahmad bin yunus dan. Kemudian ketika di Basrah banyak mendengar (belajar) kepada Abi nu’man dan Abi walid, ia juga berguru kepada Ahmad bin Muhammmad bin Hanbal as Syaibani al Bagdadi, dan banyak lagi guru-gurunya.

e) Murid-muridnya
Demikian pula murid-murid beliau cukup banyak, diantaranya yaitu:
1. Imam Turmudzi
2. Imam Nasa'i
3. Abu Ubaid Al Ajury
4. Abu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
5. Abu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari beliau).
6. Abu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
8. Abu Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
10. Abu Bakr Ibnu Abi Dunya.
11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari beliau).
13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
14. Abu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari beliau).
2. Kandungan hadits (kuantitas)
Dalam kitab sunan abi Dawud ini menghimpun 4800 hadits dari 50.000 hadits miliknya, setelah melalui proses pemilihan yang sangat ketat.
3. Metode penghimpunan hadits
Dalam metode penghimpunan hadits ada tiga bentuk, diantaranya, jami’ jika hadits yang ada didalamnya mencakup seluruh aspek dalam ajaran islam, kitab yang bersifat komprehensif meliputi fiqh, tauhid, tafsir, akhlak, ilmu, dan lain-lain. Yang kedua Sunan, jika metode penyusunan kitab hadits yang ada didalamnya mengacu atau berdasarkan pada bab-bab fiqh, dan satu lagi yaitu musnad yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat.
Kitab abu Dawud ini termasuk dalam kategori sunan, karena metode penyusunannya berdasarkan bab-bab fiqh meskipun ada bab-bab yang diluarnya, tetapi didominasi bab-bab fiqh maka disebut sunan. Beliau memulai kitab ini dengan bab thaharah, tayamum, sholat, dan seterusnya.

4. Sistematika Kitab
Dalam kitab sunan ini banyak didominasi bab-bab fiqh meskipun ada bab lain selain fiqh, sedangkan fiqh juga masih ada pembagian tersendiri, diantaranya fiqh ibadah, fiqh muamalah, fiqh munakahat, fiqh jinayah dan fiqh murofa’ah.
Berikut pembagian dari kitab sunan abi Dawud; yang pertamma fiqh ibadah yang disusun urut kebawah dari kitab juz pertama sampai kitab akhir yang terdiri dari:
- كتاب الطهارة
- كتاب ابواب التيمم
- كتاب الصلاة تفريع ابواب المواقيت
- تفريع ابواب المساجد
- تفريع ابواب الامامة
- تفريع ابواب الصفوف
- تفريع ابواب السترة
- تفريع ابواب ما يقطع الصلاة وما لايقطعها
- تفريع ابواب استفتاح الصلاة
- تفريع ابواب الركوع والسجود
- تفريع ابواب الجماعة
- جماع ابواب صلاة الاستفاء وتفريعها - تفريع ابواب صلاة السفر
- تفريع ابواب قيام الليل
- تفريع ابواب شهر رمضان
- تفريع ابواب سجود القران
- تفريع ابواب التر
- كتاب الزكاة
- كتاب المناسك
- كتاب الصيام
- كتاب الجهاد
- كتاب الضحايا
- كتاب الجنائز
- كتاب الحمام
Kemudian pada pembagian fiqh mu’amalah, berikut pembagianya:
- كتاب اللقطة
- كتاب الصيد
- كتاب الوصايا
- كتاب الفرائض
- كتاب الخراج والامارة والفيء
- كتاب الايمان والنذور
- كتاب البيوع
- كتاب الاجارة
- كتاب الاشربة - كتاب الاطعمة
- كتاب الطب
- كتاب العتق
- كتاب اللباس
- كتاب الرجل
- كتاب الخاتم
- كتاب الفتن والملاحم
- كتاب الملاحم
Setelah pada fiqh muamalah, juga dalam sunan abi Dawud ini terdapat fiqh munakahat, yang terdiri dari dua bab yaitu bab nikah dan thalaq, kemudian dalam kitab-kitab selanjutnya terdapat bab mengenai fiqh murofa’ah yaitu kitabul Aqdiyah, selanjutnya kitabul hudud dan kitab ad-diyat yang termasuk dalam fiqh jinayah.
Meskipun demikian seperti penjelasan didepan, kitab ini menghimpun masalah ataupun bab-bab diluar fiqh, diantaranya adalah:
1. Kitabul ilmi yang membahas tentang keutamaan ilmu, dan kewajiban orang yang berilmu
2. Kitab al huruf wal qiro’aat
3. Kitabul mahdi yang menerangkan turunya imam Al mahdi.
4. Kitabu As sunah yang menjelaskan tentang hadits
5. Kitab al adab
6. Kitab an naum menrangkan tata cara orang yang hendak tidur
5. Nilai atau kualitas hadits (kitab asli dan komentar orang pada kitab lain)
Kitab ini tidak hanya berisi hadits shohih saja, namun juga hadits hasan dan dhoif yang tidak dibuang oleh ulama hadits. Beberapa ulama mengkritik Sunan Abu Dawud karena ditengarai memuat hadits maudhu’ diantaranya adalah Imam Ibnul Jauzi. Beliau mengatakan bahwa ada beberapa hadits maudhu’ dalam Sunan Abu Dawud ini, namun kritikan beliau ini dibantah oleh Imam Jalaludin as-Suyuthi (w. 911). Biar bagaimanapun, ribuan hadits yang shahih dalam Sunan Abu Dawud tidaklah memperngaruhi nilai keabsahan Sunan Abu Dawud sebagai kitab hadits ketiga setelah Shahih Bukhari dan Muslim yang dijadikan mashdar oleh kaum muslimin dan kitab Sunan yang paling diutamakan diantara kitab sunan lainnya.
Banyak sekali komentar ulama terhadap maha karya Sulaiman As sijistani ini, komentar yang dilontarkan ke maha karyanya ini termasuk dari ulama terkenal, yang banyak berisi pujian didalamnya.
“Kalaupun seseorang sudah mempunyai mushaf (al qur’an), lalu kitab sunan abi Dawud ini maka Ia tidak butuh lagi sesuatu yang berhubungan dengan ilmu”, kata Ibnu ‘Arobi. Imam Ghozali juga menambahkan, beliau berkata “kitab sunan ini dikalangan ulama’ sudah cukup untuk dijadikan landasan hukum”.
Kitab Sunan abi Dawud diakui oleh mayoritas dunia Muslim sebagai salah satu kitab hadits yang paling autentik. Namun, diketahui bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah (yang sebagian ditandai beliau, sebagian tidak). Berikut salah satu contoh hadits dho’if yang ada pada kitab Sunan Abu Dawud:
عن ابي سعيد الخدري, ان النبي صلى الله عليه وسلم قال: ان الرجل من اهل عليين على اهل الجنة فتقضي, الجنة لوجهه, كانها كوكب دري, قال وهكذا جاء الحديث: دري: مرفوعة, الدال تهمز ان ابا بكر و عمر لمنهم وانعما. ضعيف وصح بلفظ اخر " الروض" .

Imam An nawawi berkata : " Ada beberapa hadist dalam Sunan abi Dawud yang secara lahirnya dhaif, akan tetapi dia tidak menjelaskannya. Menyikapi hadist yang demikian ini, sepanjang tidak ada penjelasan shahih atau hasan dari ulama yang pantas diikuti dan dijadikan pegangan, menurut pendapat yang hak, hadist tersebut adalah hasan.
Sedangkan, apabila ada pernyataan dari ulama yang bisa di jadikan pegangan atau ada seorang bijak yang melihat bahwa di dalam sanad hadist terdapat unsur yang mengharuskan untuk mendhaifkannya, sedang di sisi lain tidak dijumpai datangnya riwayat lain, maka hadist tersebut adalah dhaif. Oleh karena itu jangan terpengaruh pada sikap diam Abu Dawud setelah menuturkan hadist dalam kitabnya
Tetapi ada alasan yang menjadikan diamnya Abu Dawud itu, diantara adalah;
1. Telah dijelaskan dalam pembahasan didepanya
2. Karena sifat manusia yang tidak luput dari sifat lupa
3. Perawi hadits tersebut sangat lemah ingatanya, dan ulama telah sepakat untuk tidak memakai hadits tersebut, semisal Al huwairist dan Yahya bin ala’
4. Terjadi perbedaan pendapat dari kalangan muhaditsun
6. Kitab-kitab Syarah Sunan Abi Dawud
Sunan Abi Dawud ini juga mempunyai kitab syarah yang menjelaskan isi didalamnya yang dikarang oleh ulama-ulama lainya, diantaranya ialah:
1. Kitab ma’alimus sunan yang dikarang oleh Sulaiman Hamid bin Muhammad bin Ibrahim al Khattab yang wafat pada tahun 388 H.
2. Syarah al ‘aini oleh Mahmud bin Ahmad al ‘aini yang wafat pada tahun 855 H.
3. Khasiyah ‘aun al wadud yang dikarang oleh Mahmud bin Abdullah.
4. ‘aunul ma’bud oleh Mahmud Asrof Amir Adhim.
5. Fathul wadud ‘ala sunan abi Dawud dikarang oleh abi Hasan as sanadi yang wafat pada tahun 1318 H.
7. Ciri utama dan karakteristik
Setiap sesuatu itu pasti mempunyai karakter tersendiri, begitupun kitab sunan abi dawud ini juga mempunyai karakter. Imam Abu Daud menyusun kitabnya di Baghdad Prioritas penysusnan kitabnya adalah masalah hukum, jadi kumpulan haditsnya lebih terfokus kepada hadits tentang hukum. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh as Suyuthi bahwasannya Abu Daud hanya membatasi dalam bukunya pada hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum saja.
Abu Bakar bin Dasah menuturkan; aku mendengar Abu Daud berkata: Aku menulis dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak lima ratus ribu hadits, kemudian aku pilah-pilah dari hadits-hadits tersebut dan aku kumpulkan serta aku letakkan dalam kitabku ini sebanyak empat ribu delapan ratus Hadits. Aku sebutkan yang shahih, yang serupa dengannya dan yang mendekati kepada ke shahihan. Cukuplah bagi seseorang untuk menjaga agamanya dengan berpegangan terhadap empat hadits, yaitu; yang pertama;‘segala perbuatan harus di sertai dengan niat,’ yang kedua; ‘indikasi baik islamnya seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.’ Yang ketiga; ‘tidaklah seorang mu’min menjadi mu’min yang hakiki, sehingga dia rela untuk saudaranya sebagaimana dia rela untuk dirinya sendiri.’ Dan yang kelima; ‘yang halal itu sudah jelas..’
Dalam penulisan kitab Sunan, beliau tidak sekedar mengeluarkan hadis-hadis shahih saja, namun hadis shahih, hasan lidzatihi dan hasan lighairihi dan hadis-hadis yang disepakati ulama untuk tidak meninggalkannya. Apabila terdapat kelemahan dalam hadis-hadis tersebut beliau pasti menjelaskannya dan mewaspadainya. Sedangkan apa yang tidak beliau komentari maka hadis itu adalah shalih.
Hadis-hadis tersebut disusun sesuai dengan bab fikih yang mencakup seluruh permasalahan dan hukum-hukum baik akidah, ibadah, muamalah, nikah, jihad, dan juga tentang akhlak dan sulukiyah.
Beliau memulai setiap bab dengan hadis-hadis yang dibutuhkan. Kitab Sunan memiliki kelebihan dalam memeperinci hadis dan pemabgaiannya dalam bab-bab, dan juga profil periwayah hadis. Belaiu tidak cukup menyebutkan lafzh riwayah.
8. Alasan dimasukkan dalam kutubut sittah.
Kitab Sunan Abi Dawud ini merupakan kitab ketiga dari kutubus sittah, banyak ulama yang membuat kitab ini sebagai rujukan dalam ijtihadnya, karena memang isi kandungan hadits yang ada didalamnya bernilai autentik meskipun ada juga yang dho’if. Kitab ini pun berisi 4800 hadits yang sudah mencakup bab-bab yang ada dalam fiqh. Beliau sebagai seorang muhadist telah berguru kepada banyak kibarul muhaditsun dan mendapat puluhan ribu hadits.
Disamping itu Abi Dawud pun sangat selektif dalam menilai sebuah hadits diberlakukan syarat tertentu menurut abu Dawud sendiri, dan beliau juga semaksimal mungkin menjelaskan sanad-sanadnya. Hal inilah yang menyebabkan kitab sunan ini diakui sebagai kitab autentik. Dan para ulama setuju dengan hal itu.

9. Komentar peneliti tentang kitab Sunan Abi Dawud
Tidak diragukan lagi kitab sunan ini termasuk dari kitab-kitab termashur dikalangan mayoritas umat muslim, banyak sekali pujian-pujian yang dilontarkan ke maha karyanya Sulaiman As sijistan ini.
Kitab yang berjilid empat juz ini pembagiannya sistematis memudahkan pembaca untuk mencari bab-bab yang ingin dicari, disusun berdasarkan bab-bab fiqh mulai dari thaharah. Mushonif pun juga mencantumkan kualitas hadits yang dhoif untuk mempermudahkan pembaca menelitinya.
Abu Dawud sangat selektif dalam menilai sebuah hadits, banyak hadits yang diperoleh akan tetapi tidak seluruhnya dimasukkan karena tidak lolos dalam penyaringan hadits.
1 Response
  1. Unknown Says:

    informasi ini bersumber dari mana ya ? apa dari ensiklopedia islam ?